Pentingnya Ilmu Fiqih Terhadap Ilmu Tashawuf (Oleh Gus Baha)



 menurut Syeikh Abdul Wahab Khallaf adalah ilmu yang membahas hukum-hukum syara’ berdasarkan dalil-dalil yang rinci dengan tujuan memimplementasikannya pada setiap tingkah laku manusia.

Ilmu fiqih berkembang sesuai perubahan zaman. Itu sebabnya Imam Syafi’i, satu dari empat imam mazhab memiliki dua qaul yang berkaitan dengan putusannya terhadap hukum fiqih, yaitu qaul qadim dan qaul jadid.

Qaul qadim ditulis oleh Imam Syafi’i selama ia berada di Baghdad dan tertuang dalam kitabnya “Al Hujjah”.

Sedangkan qaul jadid ditulis dalam kitabnya “Al Umm” selama ia di Mesir.

Namun mayoritas ulama lebih merujuk kepada kitab Al Umm daripada Al Hujjah karena dianggap sebagai pendapat Imam Syafii yang paling terakhir.

Posisi ilmu fiqih terhadap ilmu tasawuf adalah pondasi awal sebelum melangkah pada tahap selanjutnya. Syariat menjadi tangga utama sebelum mencapai thariqah, hakikat bahkan makrifat.

Bagaimana mungkin seorang waliyullah tidak mengetahui mana yang halal dan mana yang haram. Begitupula dengan sesuatu yang najis. Maka seiring berjalannya waktu, ketika syariat sudah berjalan sempurna, secara otomatis posisi hamba akan meningkat pada level berikutnya

Imam Malik pernah berkata, “barang siapa yang mempelajari fiqih tanpa bertasawuf maka ia fasik. Dan barangsiapa yang bertasawuf namun belum mendalami fiqih maka ia zindiq. Dan barang siapa yang melakukannya berarti ia melakukan kebenaran”.

Baik ilmu fiqih maupun tasawuf keduanya saling berkaitan satu sama lain. Ibnu Rajab dalam Dzayl Thabaqat al Hanabilah menuturkan bahwa Syeikh Abdul Qadir al Jilani, sebelum ia menjadi seorang sufi dan waliyullah yang masyhur, ia telah menguasai tiga belas bidang ilmu. Banyak orang yang belajar padanya tentang tafsir, hadits dan persoalan mazhab.

Setiap ia berfatwa, ia selalu menggunakan kaidah fiqih Imam Syafii dan Imam Ahmad ibn Hambal. Ia juga menguasai ilmu perbandingan dan pertentangan mazhab, ushul fiqih dan nahwu. Selepas zuhur, ia selalu mengkaji ilmu qiraat.

Dari sini jelas bahwa sulthanul auliya’ saja yang bahkan maqam kewaliyannya sudah mencapai pada makrifatillah, sama sekali tidak meninggalkan ilmu fiqih dalam kehidupan sehari-harinya.

Maka ketika ada yang mengaku seorang ahli tasawuf namun jauh dari norma-norma agama dan syariat, sudah dipastikan bahwa ia berdusta.

Dari sini pula, Syeikh Abdul Qadir al Jilani mengetahui bahwa yang muncul di hadapannya pada malam hari ketika sedang bermunajat dengan berkata, “Wahai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu, apa yang telah aku haramkan bagimu telah aku halalkan” sesungguhnya adalah iblis.

Karena ia meyakini bahwa Allah Swt. telah menciptkan syariat yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. dan tidak mungkin Allah Swt. membatalkan syariat itu hanya untuknya. Andai saja pada saat itu Syeikh Abdul Qadir al Jilani tidak memahami ilmu fiqih dengan baik. Pasti ia sudah terjebak dalam perangkap iblis. Meskipun tentu saja ini juga berkat rahmat dari Allah Swt.

KH. Bahaudin Nursalim dalam pengajiannya menceritakan bahwa KH. Hamid Pasuruan, yang sudah sangat terkenal kewaliannya itu sangat menghormati ahli fiqih.Bahkan menurutnya, Kiai Hamid sendiri yang mengajarkan kitab Mabadi al Fiqhiyyah kepada para santrinya. Itu karena Kiai Hamid beranggapan bahwa jika hanya menjadi waliyullah tanpa memanfaatkan ilmunya, ia hanya akan mendapatkan keuntungan pribadi dari orang yang mengunjunginya dan meminta doa kepadanya.

Tetapi jika ia mengajarkan ilmu fiqih, maka orang lain dapat mengetahui tata caranya beribadah. Dikutip Indramayu Hits dari Jatman.or.id pada 21 Januari 2022.

Anggapan bahwa orang yang bertasawuf itu meninggalkan ilmu fiqih sesungguhnya sangat keliru. Sebagaimana yang dijelaskan di atas, bahwa ulama sufi itu selain mementingkan hubungannya dengan Allah Swt, ia juga memperhatikan kelangsungan Agama Islam. Sehingga, sejatinya antara ilmu fiqih dan ilmu tasawuf keduanya saling berkaitan dan tidak ada yang ditinggalkan.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pentingnya Ilmu Fiqih Terhadap Ilmu Tashawuf (Oleh Gus Baha)"

Posting Komentar