Bendera Tauhid: KH. Marzuki Mustamar Mengklarifikasi Kesalahpahaman




 KH. Marzuki Mustamar bisa dikatakan salah satu benteng akidah Aswaja an-Nahdhiyyah saat ini. Beliau menyuarakan penolakan terhadap Islam ala salafi dari Kota Malang. Tapi audiensnya di dunia maya terbentang dari Sabang sampai Merauke, mungkin juga luar negeri.

Kyai Marzuki adalah putra Kyai Mustamar, asli Blitar. Beliau memperdalam ilmu agama kepada kakeknya, yaitu Kyai Ridwan. Ketika melanjutkan pendidikan di Malang beliau mondok di Pondok Pesantren Nurul Huda, di bawah asuhan KH. Masduki Mahfudz.

Selain tercatat sebagai dosen tetap UIN Malang, Kyai Marzuki juga pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Malang. Dari pesantrennya inilah Kyai Marzuki mengajak Nahdhiyyin menguatkan akidah Aswaja an-Nahdhiyyah dan mengkritik pemahaman kelompok salafi.

Terkait pembakaran bendera tauhid beberapa waktu lalu, Kyai Marzuki turut berkomentar. Menurut beliau, umat Islam mana pun tidak mempersoalkan bendera bertuliskan kalimat tauhid. Sebab itu syahadat, rukun Islam yang pertama.

Selama digunakan untuk kebaikan, tak perlu dipermasalahkan.

Menjadi masalah jika lafadz syahadat itu digunakan oleh kelompok terlarang. Apalagi untuk kepentingan yang menyimpang, seperti memfitnah Presiden dan mengolok-olok MUI. Ciri bendera kelompok ini, menurut beliau, terlihat dari kaligrafi tauhidnya yang khas.

Jika bendera itu digunakan untuk membela agenda kelompok tersebut, itu tak bisa dibenarkan. Apalagi digunakan untuk menyerang sesama umat Islam yang tak sepaham. Lebih-lebih jika dilakukan dengan menggunakan kekerasan. Sebab ujungnya, Islam yang akan terkorbankan.

Kalau sudah seperti itu, Islam akan diidentikkan dengan kekerasan, kebiadaban, dan anti-kemanusiaan. Paham, gerakan, atau agenda kelompok yang merugikan Islam tidak bisa disebut li i’la`i kalimatillah (memuliakan kalimah Allah). Sebab itu dilakukan dengan cara yang mungkar.

Menurut Kyai Marzuki, bendera tauhid boleh digunakan untuk kepentingan dakwah bersama. Seperti dalam mengajak salat, mengentaskan kemiskinan, atau menolong anak yatim. Sebab hal itu adalah seruan yang harus dilakukan oleh segenap umat Islam.

Insiden pembakaran bendera di Garut terjadi bukan karena sebagian orang tak suka dengan kalimat tauhid. Sebab yang melakukannya adalah oknum Banser. Itu terjadi karena mereka tak suka dengan simbol-simbol organisasi yang ingin melakukan makar.

Seperti diketahui, HTI dan ISIS memang kerap menggunakan kalimat sebagai simbol gerakan dan agendanya. Propaganda mereka yang menggunakan simbol-simbol suci ini yang tak disukai oleh kelompok lain. Bukan kalimat tauhidnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bendera Tauhid: KH. Marzuki Mustamar Mengklarifikasi Kesalahpahaman"

Posting Komentar